Kembali lagi bersama blog ini.. Minggu kemarin tidak ada posting baru dikarenakan minggu kemarin kami semua mengikuti seminar sehingga di kelas hanya dijelaskan mengenai tugas gradasi warna. Sekedar share aja ni hasil tugas kelompok saya..
Sebenarnya saya merasa tidak puas dengan tugas ini. Karena ada masalah yang mengakibatkan akhirnya tugas ini menjadi kotor. Akhirnya kami memutuskan untuk memindahkannya ke kertas baru. Eh ternyata waktunya tidak cukup dan terpaksa kami harus mengejar-ngejar Pak Santo, dosen kami. Sedikit berpikir kenapa kok pas kuliah sepertinya tugas saya banyak yang sudah dikerjakan dengan baik awalnya tpi pada akhirnya mengecewakan. Beda sekali dengan SMA, saya selalu baik dengan tugas-tugas saya.
Sekarang mari kita masuk pada pembelajaran berikutnya.
Warna primer atau disebut RYB(Red, Yellow, Biru) mengapa warna-warna itu yang terpilih? karena melalui ketiga warna ini, jika dicampurkan satu sama lain maka akan terbentuk warna-warna baru lainnya.
Berikut ini adalah contoh model subtractive mixing..
Warna primer bisa dijabarkan menjadi RGB(subtractive) dan CMY(addictive) penggabungan warna addictive akan semakin mendekati warna sekunder dan menghasilkan warna putih. Sedangkan pencamouran warna subtractive dapat menghasilkan warna addictive dan hitam.
3 cones dalam mata manusia adalah L-cones, M-cones, dan S-cones.
3 cones dikenal sebagai panjang gelombang terpanjang(merah), panjang gelombang sedang (hijau), dan panjang gelombang pendek (biru). Kettiga cones tersebutlah yang sangat mempengaruhi penglihatan seseorang.
Ketika seseorang mengalami protanopia maka warna tidak bisa ditangkap dengan baik, sehingga warna merah akan terlihat seperti lampu merah yang redup.
Warna merah, orang, hijau akan terlihat seperti violet, purple, blue. Hal ini terjadi pada penderita deutanopia.
Sedikit tentang buta warna dan gangguan penglihatan
Ada tiga jenis gangguan penglihatan terhadap
warna, yaitu:
1. Monochromacy
Monochromacy adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones . Monochromacy ada dua jenis, yaitu rod monochromacy dan cone monochromacy .
a. Rod monochromacy (typical) adalah jenis
buta warna yang sangat jarang terjadi, yaitu
ketidakmampuan dalam membedakan
warna sebagai akibat dari tidak
berfungsinya semua cones retina . Penderita
rod monochromacy tidak dapat
membedakan warna sehingga yang terlihat
hanya hitam, putih dan abu-abu.
b. Cone monochromacy (atypical) adalah tipe monochromacy yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) dua sel cones. Penderita cone monochromacy masih dapat melihat warna tertentu, karena masih memiliki satu sel cones yang berfungsi.
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna dimana salah satu dari tiga sel cone tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada cone, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan sel pigmen yang rusak].
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya photoreseptor retina merah . Pada penderita protanopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari seluruh pria. Protanopia juga dikenal dengan buta warna merah-hijau.
b. Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreseptor retina hijau . Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakanhue pada warna merah dan hijau (red-greenhue discrimination) .
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone . Seseorang yang menderita tritanopiaakan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tampak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
3. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut .
a. Protanomaly adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-wavelength (red) pigment, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas terhadap cahaya merah . Artinya penderita protanomaly tidak akan mampu membedakan warna dan melihat campuran warna yang dapat dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.
b. Deuteranomaly disebabkan oleh kelainan pada bentuk pigmen middle-wavelength(green) Pergeseran panjang gelombang warna hijau Sama halnya dengan protanomaly, deuteranomaly tidak mampu melihat perbedaan kecil pada nilai hue dalam area spektrum untuk warna merah, orange, kuning, dan hijau. Penderita salah dalam menafsirkan hue dalam region warna tersebut karena hue-nya lebih mendekati Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 warna merah.. Perbedaan antara keduanya yaitu penderita deuteranomaly tidak memiliki masalah dalam hilangnya penglihatan terhadap kecerahan (brigthness).
c. Tritanomaly adalah tipe anomolous trichromacy yang sangat jarang terjadi, baik pada pria maupun wanita. Pada tritanomaly, kelainan terdapat pada shortwavelength pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spektrum warna. Tidak seperti protanomaly dan deuteranomaly, tritanomaly diwariskan oleh kromosom 7. Inilah alasan mengapa penderita tritanomaly sangat jarang ditemui.
Optikal ilusi akan terjadi bila kita menggunakan warna hitam putih secara bersamaan dan stimulatan.
Efek Mc. Collough, menggunakan sistem vertikal dan horizontal, garis hitam dan warna primer.
Michael Chevreul menjelaskan tentang ilusi optik yang lain yaitu afteri ma ging, dimana warna yang lebih terang diletakkan di dalam warna yang lebih gelap dan efek yang terjadi disebut
successive contrast.